Kerusuhan Suporter Mengganggu Jalannya Laga Voli. Olahraga voli di Indonesia yang sedang bangkit kembali terganggu insiden kerusuhan suporter di Piala Ketum PP PBVSI 2025. Pada Minggu malam, 14 Desember 2025, semifinal putra antara Jakarta Pertamina Enduro dan Bandung Bank BJB Tandamata di GOR Padepokan Voli, Sentul, Bogor, sempat dihentikan sementara akibat bentrokan antarpendukung. Kerumunan suporter Jakarta dan Bandung saling lempar botol air dan kursi lipat, picu kekacauan selama 15 menit yang bikin wasit hentikan permainan di set ketiga. Untungnya, tak ada korban jiwa, tapi tiga suporter luka ringan dan dua petugas keamanan kena pukul. PBVSI langsung investigasi, ancam sanksi berat bagi pelaku. Di tengah euforia turnamen yang digelar 8-15 November lalu—dengan 12 tim putra dan putri—insiden ini jadi pengingat betapa rapuhnya semangat fair play saat rivalitas memanas. INFO SLOT
Jalannya Kerusuhan di Semifinal: Kerusuhan Suporter Mengganggu Jalannya Laga Voli
Laga semifinal putra berlangsung sengit: Jakarta unggul 2-1 atas Bandung saat set ketiga berjalan 20 menit, dengan skor 18-16. Tiba-tiba, suporter Jakarta di tribun timur lempar botol ke arah fans Bandung di barat, diduga provokasi usai spiking kontroversial yang dianggap out. Fans Bandung balas dengan kursi lipat dan teriakan, bikin arena chaos. Petugas keamanan—total 50 orang—langsung intervensi, tapi kerumunan 1.500 penonton sempat panik, beberapa lari ke lapangan. Wasit hentikan permainan pukul 20.45 WIB, evakuasi suporter bermasalah ke luar stadion. Polres Bogor kerahkan 20 personel tambahan untuk amankan situasi, sementara panitia tutup pintu darurat. Laga lanjut 30 menit kemudian usai mediasi, Jakarta menang 3-1 dan lolos final lawan tim Surabaya. Video insiden viral di media sosial, picu tagar #StopKerusuhanVoli.
Penyebab dan Faktor Pemicu: Kerusuhan Suporter Mengganggu Jalannya Laga Voli
Kerusuhan ini bukan kebetulan; rivalitas Jakarta-Bandung sudah panas sejak babak penyisihan. Suporter Jakarta, yang datang 300 orang pakai bus sewaan, tuduh fans Bandung provokasi dengan chant kasar sejak set pertama. Sebaliknya, suporter Bandung—sekitar 400 orang—klaim lemparan botol mulai duluan dari sisi Jakarta. Panitia sebut faktor pemicu: overcrowding di tribun, dengan tiket sold out tapi banyak yang masuk tanpa bayar. Kurangnya pengamanan di zona suporter tandang juga disorot—hanya pagar kawat tipis pisahkan dua kelompok. Ini mirip insiden voli 2023 di Proliga, di mana suporter Semarang vs Yogyakarta ribut akibat wasit kontroversial. PBVSI akui pengawasan suporter masih lemah, meski turnamen ini awasi ketat oleh Ketua Umum PBVSI Imam Budhi. Investigasi awal tunjukkan 10 suporter terlibat, bakal kena larangan masuk stadion.
Respons Panitia dan Dampak Turnamen
PBVSI langsung respons: umumkan investigasi mendalam Senin nanti, dengan sanksi denda Rp 50 juta per klub pelanggar dan larangan suporter tandang di final. Ketua Panitia Agus Susanto bilang: “Kami sesali insiden ini, tapi turnamen lanjut aman.” Polres Bogor sebut tak ada pidana, tapi amankan 5 orang untuk pendataan. Dampaknya: laga final putra Jakarta vs Surabaya Senin malam tetap jalan, tapi dengan pengamanan tambah 100 personel. Turnamen ini, yang hadiahkan Rp 500 juta untuk juara, sempat goyah—sponsor ragu, tapi PBVSI yakinkan keamanan prioritas. Suporter Jakarta minta maaf via pernyataan resmi, sebut “kita satu olahraga, bukan musuh”. Ini jadi pelajaran: voli Indonesia, yang lagi naik daun usai SEA Games emas 2025, butuh edukasi suporter lebih serius.
Kesimpulan
Kerusuhan suporter di semifinal Piala Ketum PP PBVSI 2025 jadi noda hitam di turnamen voli nasional yang penuh prestasi. Dari lemparan botol hingga hentikan permainan, ini pengingat rivalitas jangan sampai rusak fair play. Respons PBVSI cepat—investigasi dan sanksi—beri harapan turnamen selesai mulus, dengan final Jakarta-Surabaya jadi pesta voli bersih. Bagi suporter, ini panggilan introspeksi: dukung tim dengan semangat positif, bukan kekerasan. Olahraga voli Indonesia punya masa depan cerah; semoga insiden ini jadi yang terakhir, dan kita fokus ke kemenangan di lapangan—bukan di tribun.